Memaparkan semua sejarah yang ada di Indonesia

Kamis, 10 Mei 2012

Aji Rempug Galunggung dan Mantranya

Aji Gunung Galunggung mencuat namanya setelah tragedi letusannya yang dinilai terlama di dunia, Rabu 4 April 1982. Para penghayat spiritual ada yang mensinyalir jika letusan itu akibat ulah penghuni gaib kawasan selatan Pasundan ini. Benarkah seperti itu?

Bila menyibak sejarah Pasundan, Gunung Galunggung sudah kadung dijadikan lokasi mengasah ilmu kedigdayaan tingkat tinggi. Buktinya, telah banyak jawara dari Tatar Pasundan yang mafhum betul jika kawasan ini sering menjadi tempat tapabrata plus berguru kepada sesepuh yang berdaya linuwih.
Syahdan, di zaman yang masih sedikit sekali penghuni seputar Lembah Galunggung, ada sepasang suami isteri bernama Aki Parana dan Nini Parana. Huma mereka sangatlah luas. Tapi aneh, humanya selalu dituai pada malam hari dan tidak dilakukan oleh manusia.

Lantas siapa yang melakukannya? Tak ada yang mengetahui secara persis. Tanaman yang sudah siap panen itu tahu-tahu telah dituai hasilnya. Kalaupun manusia, disamping perlu waktu lama dan tentu membutuhkan banyak orang. Padahal di tempat itu cuma mereka berdua saja. Tetangganya hanya mengetahui bahwa huma yang luasnya berbahu-bahu, dicangkul, ditanami, disiangi dan dituai oleh keduanya.

Fenomena semacam itu bukanlah sesuatu hal yang muskil dapat terjadi dalam kacamata dunia gaib. Mitos dan legenda yang berkembang telah mengisyaratkan jika lelaku yang dikerjakan oleh suami isteri tersebut adalah aura gaib dari mantra andalannya yang disebut Aji Rempug Galunggung. Kedahsyatan mantra ini, bila dibaca dan diamalkan dengan serius, maka yang mengamalkannya dapat dengan mudah memberdayakan jin dan makhluk lelembut untuk membantu menyelesaikan sesuatu pekerajaan yang menguras tenaga.
Konon, aji inipun digunakan oleh tokoh Sangkuriang untuk membantu membendung Sungai Citarum dan membuat perahu hanya dalam satu malam saja.

Agar pembaca tak penasaran untuk mengenal ajian ini, berikut ini mantra dan syarat-syaratnya:

Mantera Aji Rempug Galanggung: 


"Bismillah hirohmanirrohiim 
rempug gunung ti Galunggu 
rempug jami ti jaksani 
awaking terung ngambung 
pangmamangkeun sora awaking 
kula ibu ngimpi ngadu dipicis di langit, 
masang di awang-awang 
boga hutang teu mayar 
mayar kutangga tilepan 
sakurupuk jadi puyuh 
sagarapak jadi heulang 
moro munding janggawati 
majapahit! 
Moro badan kaula..... (sebut nama diri sendiri) 
ret jleg sajagat kabeh, 
ashadu alla ilaha ilallah 
waashadu anna muhammadarasulullah."

Lelakunya harus dibarengi dengan rasa ikhlas, yakni melalui urutan berikut:

1. Puasa selama tujuh hari, mulai dari terbit fazar hingga matahari terbenam.
2. Membaca surat Al-Ikhlas, Alfatihah, dan An-Nas, masing-masing sebanyak 7 kali dilakukan setelah sholat Maghrib.
3. Memperbanyak dzikir setelah sholat Isya.
4. Melakukan sholat Tahajud selama 17 malam berturut-turut.

Pantangannya:

Tidak boleh berzina, meminum minuman keras atau mengkonsumsi narkoba, dan tidak boleh iri dengki terhadap sesama.
Bila Yang Maha Kuasa menghendaki, maka anda dapat menyelesaikan pekerjaan yang berat sekalipun akan terasa enteng dan cepat, hanya dengan menarik nafas dalam-dalam sebanyak tiga kali, lalu membaca mantra itu sambil menghadap ke Barat.
Sekian artikel Ajian Rempug Galunggung ini, semoga dapat menambah wawasan anda tentang warisan leluhur kita terdahulu.

0 komentar:

Posting Komentar

Mohon untuk tidak melakukan tindakan SPAM dan menaruh LINK yang aktif. Berkomentarlah yang baik. Terimakasih untuk komentar anda.

Diberdayakan oleh Blogger.

Sejarah di Nusantara Copyright © 2011 | Template created by O Pregador | Powered by Blogger