Dalam perang paregreg Nusantara pertama di masa Majapahit mengakibatkan runtuhnya Kerajaan Adidaya di bumi Selatan itu sendiri sehingga terpecah-pecah menjadi kerajaan kecil dan juga kekuatan militernya yang dahsyat di laut lenyap untuk selamanya. Selanjutnya dalam perang paregreg kedua atau perang penghancuran diri pada September 1965, yakni dengan terjadinya perang saudara, mengakibatkan kerugian besar bagi Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, dan kewibawaan di pentas dunia, serta menelan korban lima juta jiwa penduduk Nusantara, baik dari golongan komunis maupun Soekarnois dan golongan agama.
Di tengah maraknya demonstran awal 1966 menuntut PKI bubar, seorang wartawan kulit putih, juga sahabat dekat berkata kepada Bung Karno, "Bung, bubarkan saja PKI itu seperti tuntutan para pengunjuk rasa, agar semuanya beres."
Bung Karno melotot pada bule itu, dan katanya, "Aku diam saja, sudah terjadi korban sebanyak itu. Bagaimana jikalau aku bubarkan PKI." Bung Karno lebih memilih tenggelam seorang diri daripada Indonesia hancur. Maka tak sekalipun datang komando untuk menumpas para durjana yang hendak menggulingkannya. Padahal kekuatan di belakang Bung Karno masih sangat besar.
Paregreg ketiga yang akan terjadi di Nusantara kelak di masa depan telah digambarkan oleh Sri Aji Joyoboyo pada abad kesebelas sebagai berikut:
Ana peperangan ing njero.
Timbul amarga para pangkat akeh sing padha salah paham.
Durjana saya ngambra-ambra.
Penjahat saya tambah.
Wong apik saya sengsara.
Akeh wong mati jalaran saka peperangan.
Kelak di masa depan di dalam negeri Nusantara terjadi perang dahyat, penyebabnya sepele saja karena terjadinya salah paham di antara para pemimpin militer dan pemimpin sipil. Selanjutnya dalam suasana kekacauan itu banyak yang mengail di air keruh: kekejaman penjahat kelas kakap semakin menjadi-jadi, baik dalam pemerintahan dengan cara melakukan korupsi besar-besaran maupun penjahat yang berkerah putih/pengusaha sektor swasta semakin merugikan keuangan negara. Orang yang jujur dan juga para alim ulama semakin tambah sengsara. Peperangan dalam negeri Nusantara itu menelan banyak korban di mana-mana.
Paregreg di Nusantara selalu terjadi akibat pertikaian di kalangan penguasa sendiri. Kecuali pemberontakan Arok pada 1222 yang murni adalah perjuangan perang rakyat semesta untuk menggulingkan penguasa yang dzolim.
Sumber : http://www.hastamitra.net/2011/04/ramalan-joyoboyo-perang-dalam-negeri.html?m=0
4 komentar:
Makasih atas limpahan ilmunya
keren mas buat infonya da semoga bermanfaat
bagus bos artikelnya dan menarik
ok sob infonya dan salam kenal
Posting Komentar
Mohon untuk tidak melakukan tindakan SPAM dan menaruh LINK yang aktif. Berkomentarlah yang baik. Terimakasih untuk komentar anda.