Raja-raja Sriwijaya yang pernah berkuasa dan memerintah Sriwijaya sampai saat ini masih menyimpan teka-teki besar. Walaupun begitu, dari hasil interpretasi para peneliti terhadap prasasti-prasasti Sriwijaya, berita-berita Cina, serta catatan-perjalanan orang-orang Arab-Persia telah memberikan sedikit gambaran ihwal para penguasa atau raja-raja yang memerintah kerajaan ini.
Paling tidak, sejak tahun 683 Masehi disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit sampai tahun 1044 Masehi yang tertera pada Prasasti Chola. Masa pemerintahan dari masing-masing raja Sriwijaya tersebut belum diketahui karena tidak tersebut di dalam sumber. Angka tahun yang ada hanyalah angka yang diduga kuat sebagai tahun pembuatan prasasti atau penulisan berita/kronik.
1. Dapunta Hyan Srijayanasa (terdapat dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 683 Masehi dan Prasasti Talang Tuwo tahun 684 Masehi)
2. Sri Indrawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 724 Masehi)
3. Rudrawikrama (terdapat dalam Berita Cina tahun 728 Masehi)
4. Wishnu (terdapat dalam Prasasti Ligor tahun 775 Masehi)
5. Maharaja (terdapat dalam Berita Arab tahun 851 Masehi)
6. Balaputera Dewa (terdapat dalam Prasasti Nalanda tahun 860 Masehi)
7. Sri Udayadityawarman (terdapat dalam Berita Cina tahun 960 Masehi)
8. Sri Udayaditya (terdapat dalam Berita Cina tahun 962 Masehi)
9. Sri Sudamaniwarmadewa (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi)
10. Marawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Leiden tahun 1044 Masehi)
11. Sri Sanggaramawijayatunggawarman (terdapat dalam Prasasti Chola tahun 1044 Masehi)
Selain itu ada pula sejumlah nama raja Sriwijaya berdasarkan naskah kuno Pustaka Rajya-rajya I Bhumi Nusantara. Tetapi naskah ini masih kontroversi karena dianggap tidak otentik sebagai sebuah sumber sejarah. Naskah ini juga dianggap terkesan telah maju dalam metodologi penulisan suatu karya tulisan sejarah, padahal kebanyakan naskah yang dibuat pada masa itu masih didominasi oleh hal-hal yang berbau mitos, sage, legenda, irasional yang dicampurkan dengan realitas sejarah yang ditulis tahun 1675 Masehi yang dikodifikasi oleh Pangeran Wangsakerta dari Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat yang ditemukan oleh peneliti naskah kuno Atja. Naskah ini kemudian diteliti ulang oleh epilog Edi S Ekadjati dari Universitas Padjadjaran Bandung yang dimuat dalam majalah Analisa Kebudayaan, 1982/1983. Th.III.No.2.
Sumber : http://lemabang.wordpress.com/2011/07/26/nama-nama-raja-sriwijaya/
1 komentar:
Menurut saya,alangkah lbih baik,meski otentik nya di ragukan..catatan sejarah dr kasepuhan cirebon itu di muat juga..karena slama ini sumber ilmu ke sejarahan kt,cm berdasarkan info dr luar negeri kita. Trims
Posting Komentar
Mohon untuk tidak melakukan tindakan SPAM dan menaruh LINK yang aktif. Berkomentarlah yang baik. Terimakasih untuk komentar anda.